Kamis, 13 Desember 2012

Tak Kenal Maka Tak Sayang



Oleh:
RAGIL TRI ATMI


            Terdapat peribahasa “Tak kenal maka tak sayang,” siapa tidak kenal Yogyakarta, kota kecil berpenduduk ramah, sopan, unik dan bersahaja. Yogyakata mempunyai banyak keragaman budaya, seni, makanan dan obyek pariwisata, bahkan kota ini dijuluki sebagai kota Istimewa, karena sistem pemerintahannya dipimpin oleh seorang raja. Keistimewaan ini terbukti dengan disahkannya Undang-Undang Keistimewaan Daerah Yogyakarta oleh Peresiden Bambang Yudhoyono pada bulan Agustus tahun 2012, selain kota istimewa, Yogyakarta mempunyai banyak julukan, seperti kota pelajar, kota gudeg, kota seni, kota budaya, kota buku, kota republik, kota perjuangan, kota sejarah, dan kota pariwisata. Sebagai kota pariwisata, Yogyakarta menjadi salah satu kota dengan destination wisatawan terbanyak di Indonesia. 

          Berbicara mengenai pariwisata Yogyakarta mungkin tidak akan pernah ada habisnya, Yogyakarta mempunyai beragam obyek  pariwisata, seperti wisata alam, wisata seni, wisata kuliner, wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata sejarah dll. Obyek wisata sejarah merupakan obyek wisata andalan di Yogyakarta, karena Yogyakarta mempunyai banyak sekali peninggalan sejarah sebagai cagar budaya yang dilindungi Negara. Terdapat banyak sisa peninggalan warisan sejarah dari masa lampau, seperti sejarah kemerdekaan Republik Indonesia yang terlihat pada bangunan Istana Kepresidenan atau yang dikenal dengan nama Gedung Agung, Istana ini adalah bukti sejarah bahwa dahulu Yogyakarta pernah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.

        Peninggalan salah satu sejarah lain dari kota Yogyakarta adalah peninggalan dari kerajaan Mataram Islam yang dahulu berpusat di Kotagede Yogyakarta, terdapat sisa-sisa peninggalan dari kerajaan tersebut yang masih terpelihara dengan baik di area Kotagede ini. Jauh sebelum kerajaan Mataram Islam berdiri, dahulu pernah berdiri kerajaan Mataram Kuno yang mempunyai aliran kepercayaan berbeda dengan kerajaan kerajaan Mataram Islam yaitu Hindu dan Budha, terdapat tiga dinasti yang berkuasa yaitu, Sanjaya, Syailendra, dan Isiana. Dinasti Sanjaya pada waktu itu meninggalkan bukti sejarah yang sangat fenomenal yaitu candi Perambanan sedangkan pada masa dinasti Syilendra meninggalkan bukti sejarah berupa candi Borobudur yang sangat besar dan megah, bahkan candi Borobudur pernah menjadi salah satu keajaiban dunia. Kedua candi tersebut merupakan heritage asli dari bukti kejayaan kerajaan Mataram Kuno yang dimiliki Indonesia.

           Mataram Kuno adalah kerajaan yang dulu berpusat di Madang daerah Jawa Tengah, sedangakan Mataram Islam dahulu berpusat di Kotagede Yogyakarta dan merupakan cikal bakal dari kota Yogyakarta, sayangnya banyak dari wisatawan kurang begitu tahu tentang sejarah ini, beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah sebagai berikut; 
1.  Kurangnya sosialisasi pemerintah daerah
2.  Kurangnya transportasi untuk menuju ke area tersebut.
3. Kurangnya Pemerintah Daerah dalam pengembangan strategi yang inovatif dalam rangka meningkatkan pariwisata sejarah kota Yogyakarta.

            Padahal bukti sejarah  berdirinya kota Yogyakarta beserta kebudayaan asli peradaban kehidupan pada jaman dahulu hingga saat ini masih terpelihara dengan baik seperti rumah-rumah Joglo khas Yogyakarta yang masih dipertahankan dan terawat dengan baik oleh masyarakat setempat meskipun beberapa sudah beralih fungsi tetapi masih dapat ditelusri makna dan filosofi bangunannya. Seperti yang dikatakan Ronald bahwa kehidupan budaya suatu bangsa merupakan sumber ilmu pengetahuan yang hidup, yang sewaktu-waktu dapat digali kembali, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia di kemudian hari. (Ronald, 2005:28). Seharusnya hal ini dapat dikelola dan dimanfaatkan lebih baik lagi oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta agar menjadi sumber informasi dan pengetahuan tentang heritage Yogyakarta selain itu hal ini juga sebagai aset Daerah yang tidak ternilai harganya.

             Menelisik beberapa faktor yang menjadikan obyek wisata sejarah kurang terdengar dan kurang diminati oleh para wisatawan maka Pemerintah Daerah perlu mengembangkan inovasi dan strategi khusus agar wisata sejarah ini dapat diketahui oleh khalayak luas serta dapat menjadi primadona dalam peningkatkan kunjungan wisatawan Mancanegara dan wisatawan Nusantara di Yogyakarta. Penulis meyakini bahwa dengan ide yang inovatif serta manajemen pengelolaan yang baik maka obyek wisata heritage Yogyakarta akan menjadi salah satu primadona dari obyek wisata sejarah di Yogyakarta, agar ide ini terrealisasikan maka perlu adanya  kerjasama Pemerintah Daerah dengan instansi-instansi terkait, seperti Dinas Pariwisata Yogyakarta dan instansi pendidikan yang bergerak dalam bidang pariwisata dan Ilmu Budaya.  

            Penulis ingin memberikan ide kreatifnya agar Pemerintah Daerah dapat mengembangkan aset berharga yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta.  Berikut ini adalah analisa SWOT tentang potensial pariwisata heritage yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Strenghts (Kekuatan)
Opportunities (Kesempatan)
     Nama Besar Yogyakarta yang sudah dikenal baik di dalam maupun diluar Negeri, buktinya Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan destination terbanyak di Indonesia
     Semua orang sudah mengenal Yogyakarta, sehingga sangat mudah untuk menarik para wisatawan Mancanegara dan Nusantara
     Mempunyai banyak sekali peninggalan sejarah peradaban dimasa lampau yang tidak dimiliki oleh kota lain
     Menarik perhatian wisatawan Nusantara dan Mancanegara untuk datang melihat secara langsung bukti sejarah tersebut, dengan seringnya kunjungan wisatwan ke Yogyakarta maka akan menambah pendapatan daerah dan devisa negara.
     Mempunyai penduduk yang ramah yang mudah diajak kerjasasama dalam mendukung program-program dari Pemerintah Daerah. 
     1.    Mempermudah kerjasama dengan penduduk setempat dalam merealisasikan program wisata heritage ini

     2.    Mendatangkan pendapatan dari penduduk setempat.
     Mempunyai beberapa Universitas dan Lembaga liannya yang memiliki jurusan dalam bidang pariwisata sejarah dan ilmu budaya, yang mendididk dan mengajarkan mereka tentang bidang-bidang tersebut
     1.   Pada nantinya akan menjadi aset  penting pada Sumber Daya Manusia yang dimiliki Yogyakarta, seperti guide (pemandu wisata) yang handal dan professional dalam memandu wisata ini.
     2.   Memperluas kesempatan pekerjaan bagi bidang mereka.
     Pemerintah sedang gencar-genjarnya mempromosikan DIY dalam rangka menjadikan ikon kota ekonomi kreatif di Indonesia, terlihat pada banyaknya iklan di televisi yang mempromosikan tempat-tempat di Yogyakarta, banyaknya acara-acara besar yang diselenggarakan di Yogyakarta, serta expose lainnya seperti film dan beberapa FTV, sehingga Yogyakarta akan sering terexpose di media-media cetak maupun media elektonik
     Mempermudah untuk melakukan promosi program yang akan dikembangkan sehingga akan menghemat biaya publikasi.
Strategi
Yogyakarta sudah mempunyai modal yang sangat kuat dalam merealisasikan ide wisata heritage ini,  Ide ini dinamakan paket wisata heritage of  Yogyakarta, yaitu berkeliling menyusuri jejak atau bukti sejarah dari peradaban di masa lampau sampai berdirinya kota Yogyakarta, tentu dengan biaya yang terjangkau oleh para wisatawan yaitu sekitar Rp.35.000,0 per-orang untuk wisatawan lokal, Rp.50.000,- per orang untuk wisatawan asing, tentu tidak termasuk biaya masuk pariwisata. Wisata heritage of Yogyakarta akan diawali dengan mengunjungi peradaban Mataram Kuno yang sangat fenomenal yaitu candi Borobudur, kemudian berlanjut ke candi Perambanan, meskipun kedua candi ini tidak ada hubungan secara linier dengan Karajaan Mataram Islam, tetapi hal ini dimaksudkan agar wisatawan dapat mengetahui perbedaan dan persamaan dari kejayaan kerajaan Mataram Hindu-Budha dengan Kerajaan Mataram Islam yang berpusat di Kotagede, kemudian perjalanan akan dilanjutkan ke Kotagede yang dahulu merupakan pusat peradaban Mataram Islam yang sangat disegani, kemudian perjalanan ini berakhir di pusat kota Yogyakarta yaitu Taman Sari dan Keraton Yogyakarta sebagai bukti peradaban di masa sekarang setelah pecahnya kekuasaan di kerajaan Mataram Islam hingga saat ini Yogyakarta sebagai kota Istimewa.

Perjalanan wisata ini akan memakai jasa transportasi armada bus yang nantinya akan disediakan oleh Dinas Pariwisata, untuk lebih menarik perhatian dan memperlihatkan budaya asli dari kota Yogyakarta maka bus akan dihias dengan tema heritage dan budaya-budaya asli dari Yogyakarta. Wisata ini juga akan dipandu oleh guide atau pemandu wisata yang professional dalam bidangnya, karena mereka lulusan atau yang sedang menempuh pendidikan di jurusan pariwisata atau ilmu budaya. Tujuan adanya guide adalah untuk memandu para wisatawan agar lebih memperjelas dan memperdalam informasi dan pengetahuannya tentang sejarah berdirinya kota Yogyakarta dan peradaban di masa lampau.
Sistem operasionalnya adalah wisatawan yang ingin berwisata dalam paket ini dapat secara rombongan dengan batas orang maximal sesuai dengan fasilitas kursi yang tersedia pada Bus tersebut, yang kedua adalah secara perorangan, dimana mereka dapat ikut secara perorangan, dengan syarat jadwal keberangkatan memenuhi kuota kursi yang disediakan. Jadwal keberangkatan dilakukan satu kali dalam sehari dimulai dari pagi hari dan berakhir pada sore hari, sedangkan pengaturan jadwal oprasi wisata ini adalah tiga kali dalam satu minggu, yaitu pada hari biasa yaitu hari rabu dan hari weekend sabtu dan minggu, alasan oprasional pada hari biasa sebagai alternative bagi wisatawan yang sedang berlibur pada hari normal, mungkin karena alasan keramaian dan lain sebagainya, tentu alasan pemilihan weekend karena pada hari itu Yogyakarta ramai dikunjungi para wisatawan.

Weaknesses (Kelemahan)
Threats (Ancaman)
Wisata heritage sudah diterapkan oleh beberapa kota lain di Indonesia, seperti di Solo dan Surabaya.
Wisatawan akan memperbandingan hal sekecil apapun dengan kota-kota sebelumnya yang menerapkan tema yang sama.
Beberapa travel dan Hotel di Yogyakarta juga  menyediakan paket tur keliling Yogyakarta
Akan menjadi saingan dari program yang akan dilaksanakan.
Strategi
Pada dasarnya program seperti ini sudah pernah ada dan sudah diterapkan di beberapa kota di Indonesia, seperti di Solo dan Surabaya, tetapi perbedaannya terletak pada spesialisasi cerita sejarah yang akan ditelusuri, apabila di Solo wisatawan hanya berkeliling menyusuri sudut kota Solo tidak ada unsure heritgae, sedangkan di Surabaya menerapkan kunjungan wisata dengan berkeliling ke tenpat-tempat yang mengandung nilai budaya setempat tetapi tidak ada tema khusus, sedangkan strategi yang akan diterapkan oleh wisata heritage of  Yogyakarta akan  mengkhususkan pada sejarah berdirinya kota Yogyakarta dan peradaban sebalumnya, mereka akan dibawa mengunjugi ke tempat-tempat yang linier berhubungan dengan sejarah berdirinya kota Yogyakarta serta peradaban sebelumnya seperti mengunjungi candi Perambanan dan candi Borobudur sebagai bukti peradaban si masa lampau lengkap dengan guide yang profesional.

Sebagai kota pariwisata, tentu banyak travel dan hotel yang menyediakan paket wisata seperti ini, akan tetapi kelemahannya tidak semua orang dapat menikmati hal tersebut, salah satunya adalah kendala biaya yang cukup tinggi, maka strategi yang diterapkan pada paket ini adalah biaya yang relative murah sebanding dengan paket yang ditawarkan, sehingga terjangkau oleh semua kalangan, baik kalangan atas dan kalangan bawah. Strategi lain yang dapat diterapkan adalah pemisahan paket antara wisatawan mancanegara dan nusantara, yaitu dengan menyediakan dua armada Bus, yaitu satu untuk wisatawan asing dan satu untuk wisatawan lokal,  pemisahan ini tidak berkaitan dengan diskriminasi tetapi hal ini dimaksudkan agar terjadi kenyamanan antara sesama wisatawan, sebab tidak semua wisatawan nusantara dapat mengerti bahasa Inggris, sedangkan wisatawan asing  memerlukan penjelasan dari guide dengan memakai bahasa Inggris, dan solusinya adalah  pemisahan tersebut.

Tema, Kenyamanan dan keramahan serta keunikan merupakan salah satu strategi pembeda dari paket wisata lain, guide dan kru dari wisata ini akan memakai baju khas Jogja seperti kebaya bagi wanita dan sorjan bagi laki-lakinya. Hal akan lebih mempertegas ciri khas Yogyakarta dan memperlihatkan bahwa Yogyakarta sangat perduli dan mencintai kebudayaan asli peninggalan leluhurnya. Selain itu keramahan juga akan diusung dalam program ini, seperti guide diwajibkan menyapa wisatawan sebelum mereka memasuki Bus, sapaan ini juga menggunakan bahasa jawa khas Yogyakarta, seperti “sugeng tindak, mugi-mugi tansah pinaringan karemena.” Wisatawan juga akan disuguhi makanan khas Yogyakarta selama perjalanan berlangsung, sehingga menambah pengetahuan dan kecintaan akan budaya Yoyakarta.

        Paket wisata ini khusus menyediakan wisata sejarah tentang pengetahuan  berdirinya kota Yogyakarta serta pengetahuan tentang peradaban dimasa lalu jauh sebelum berdirinya kota Yogyakarta, wisatawan akan dibawa menelusuri jejak sejarah dengan berkunjung ke tempat-tempat yang mengandung nilai historical dari proses terbentunkya kota Yogyakarta. Ide ini akan ditanganai oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dengan bekerjasama  pemerintah dan Dinas Pariwisata serta instansi Pendidikan yang bergerak pada bidang pariwisata dan Ilmu Budaya di Yogyakarta, yaitu Dinas Pariwisata sebagai operasionalinya dan instansi pendidikan sebagai Sumber Daya Manusianya. Armada Bus juga dilengkapi dengan televisi yang fungsinya untuk menayangkan gambar-gambar secara visual tentang perjalanan tersebut lengkap dengan foto-foto dokumentasi peninggalan sejarahnya, sehingga sebalum mereka tiba di tempat tujuan, mereka sudah mengetahui dan memahami informasi  tentang peradaban kuno sebelum berdirinya kota Yogyakarta, tentu guide disini sangat berperan penting, karena bertugas menjelaskan isi dari informasi tersebut. Kelebihan lainnya yang dapat ditawarkan oleh paket wisata heritage Yogyakarta adalah penjemputan rombongan dari bandara atau stasiun, dengan syarat sebelumnya rombongan telah melakukan reservasi terlebih dahulu pada pengelola.

         Wisata ini diawali dengan menuju candi Borobudur, Candi Borobudur merupakan bukti peninggalan sejarah pada masa dinasti Syailendra pada Abad ke-8, pada masa ini dikisahkan bahwa penduduk sudah sangat pintar terbukti dengan keberadaan candi yang sangat cantik dan megah, lengkap dengan ornament-ornamen reliefnya, bahkan UNESCO mengakui bahwa candi ini merupakan salah satu dari keajaiban dunia. Kemudian perjalanan akan dilanjutkan ke candi Perambanan, candi Perambanan merupakan bukti peninggalan sejarah pada masa dinasti Sanjaya, yang mempunyai latar belakang sejarah yang sangat fenomenal yaitu kisah Rorojograng dan Ken Arok, dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra merupakan dua dinasti yang mempunyai aliran berbeda, Sanjaya adalah Budha dan Syailendra adalah Hindu. Seperti pada candi Borobudur, candi Perambanan juga sangat istimewa karena terdapat patung dari Rorojograng, patung tersebut pernah menjadi rebutan dan  incaran para kolektor-kolektor benda antic di seluruh penjuru dunia.

         Kedua candi ini merupakan bukti kejayaan pada masa Kerajaan Mataram Kuno, tujuan wisatawan diajak melihat kedua candi ini adalah agar mereka mengetahui dan mengerti peradaban kehidupan pada masa lampau jauh sebelum kerajaan Mataram Islam berdiri, dimasa itu manusia diyakini sudah sangat maju dalam hal karya seni, terlihat pada peninggalan artefak pada candi Perambanan dan Borobudur. Artefak sebagai sebuah benda mati, keberadaannya dinilai oleh pihak lain tentunya dengan menggunakan kaidah-kaidah kebendaan, yaitu bentuk, nilai visual, sidat-sifat fisik dan peran bentuk kebendaan ini di dalam ruang di sekelilingnya yang kemudian disebut dengan sifat-sifat keruangannya (Ronald, 2005:32).  Setelah mengunjungi candi Perambanan, perjalanan kemudian akan dilanjutkan menuju Kotagede Daerah Istimewa Yogyakarta.

        Kotagede mempunyai banyak artefak yang masih terpelihara sampai sekarang. Aretefak ini merupakan peninggalan kejayaan Kerajaan Mataram Islam, Kotagede adalah sebagai cikal bakal kota Yogyakarta, yang dahulu berpusat  atau beribu kota di Kotagede. Kotagede mempunyai penduduk yang sangat ramah dan welcome pada setiap pengunjung yang datang. Berbeda dengan peradapan pada masa sebelumnya, kerajaan Mataram Kuno mempunyai peradaban yang lebih sederhana dibandingkan dengan paradaban di masa di masa kerajaan Mataram Kuno Hindu-Budha, terlihat dari artefak-artefak yang  dibangun, seperti yang dikatakan Gibson dalam Ronald (2005:20) mengatakan bahwa “The history of peoples can be traced through the artifacts they have created.” Sebuah anggapan bahwa sejarah manusia dapat dianut melalui artefak yang ditinggalkannya atau dapat dibalik, bahwa sejarah manusia akan menunjukakan artefaknya.

            Bukti beberapa artefak dari peradaban Kerajaan Mataram Islam terlihat dari bentuk arsitektur yang sedikit lebih sederhana daripada peradaban sebelumnya, perbedaan yang sangat kental terletak pada bengunan masjid pada area sentral Istana KerajaanMataram Islam. Banguanan masjid ini yang sampai sekarang masih terpelihara dengan sangat baik, bahkan masih digunakan untuk beribadah bagi penduduk setempat, uniknya terdapat sentuhan-sentuhan khas hindu yang terlihat pada gapura-gapura pintu masuk menuju masjid, dan pintu-pintu lainnya. Wisatawan dapat berziarah ke makam penguasa kerajaan Mataram Islam pada waktu itu seperti Senapati Ingalaga, Ki Gede, sampai Sri Sultan Hamengkubuono 1. Uniknya pada saat memasuki wilayah makam setiap pengunjung harus mengenakan pakaian abdi dalem khas pakaian Yogyakarta, tentu hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi wisatawan terutama wisatawan Mancanegara. 

           Peninggalan lain adalah rerutuhan benteng yang terletak pada sekitaran area Kotagede lengkap dengan pertahanan parit di sekelilingnya.Wisatawan dapat melihat bukti  kejayanya kerajaan Mataram Kuno pada waktu itu dengan melihat nyata pada bangunan benteng tersebut yang sebagian masih asli. Pada area depan Istana juga terdapat pohon beringin yang sudah berumur ratusan tahun lamanya, dan uniknya sampai sekarang masih berdiri kokoh menaungi kompleks kerajaan.  Wisatawan juga dapat menikmati keunikan warisan budaya peninggalan Mataram Islam seperti rumah asli tradisional Jawa  yang sudah sangat langka keberadaannya, rumah-rumah ini tebagi atas kompleks-komples rumah dengan filosofi-filosofi Jawa yang masih sangat kental, rumah-rumah ini sampai saat ini masih sangat terpelihara dengan baik bahkan menjadi tempat tinggal penduduk sehari-harinya.  Bentuk aristektur dari rumah-rumah tradisional merupakan penggambaran bentuk kebudayaan dan perilaku penduduk pada masa kerajaan Mataram Islam, setiap bentuk bangunan mempunyai filosofi tersendiri. Arsitek adalah ekspresi tiga dimensional dari perilaku manusia (Ronald, 2005: 46).

         Dapat dikatakan bahwa hal utama dan filsafat hidup manusia akan dipantulkan sebagai bayangan cermin pada kreasi budayanya yang antara lain diujudkan dalam bentuk rumah tinggal (Ronald, 2005: 46). Tempat tinggak menurut telaah Jawa adalah “Panggonan” atau “Panggenan” (Ronald, 2005: 46).  Diperlukan Peran guide dalam menjelaskan tentang semua sejarah dari rentetan sejarah yang masih berhubungan dengan berdirinya kota Yogyakarta. Untuk mengakhiri perjalalan di Kotagede guide dapat mengatar wisatawan untuk melihat hasil kerajinan perak khas Kotagede. 

          Wisatawan dapat membeli oleh-oleh khas kerajinan Kotagede yaitu beraneka ragam bentuk perak yang sudah dibentuk sedemikian rupa, kerajinan perak ini juga konon merupakan peninggalan budaya asli pada masa kejayaan Mataram Islam, hingga pada tahun 1980-1990 para pengrajin emas gulung tikar, dan hanya para pengrajin  perak yang dapat bertahan hingga sampai saat ini. Tidak jauh dari makam terdapat pasar Kotagede yang menyediakan beraneka ragam jajanan khas Yogyakarta, yang mungkin tidak ditemukan di daerah-daerah lain, seperti kipo, kembang waru, lego mero, yanko, banjar dan sawak ukel. Tentu guide akan menjelaskan setiap nama dari jajanan tersebut, disinilah akhir dari perjalanan menyusuri Kotagede.

       Perjalanan heritage Yogyakarta dapat diakhiri dengan melanjutkan perjalanan ke pusat kota Yogyakarta, yaitu mengunjungi keraton Yogyakarta dan Taman Sari, Taman Sari merupakan sisa peninggalan peradaban baru pada masa awal pemerintahan kasultanan Ngayogyokarto, terdapat beberapa peninggalan sejarah berupa benteng, dan bangunan cagar budaya seperti pemandian putri dan selir raja pada waktu itu, terdapat pula masjid dibawah tanah yang penuh dengan filosofi kehidupan. Rangkaian terakhir, wisatawan dibawa menuju keraton untuk memperlihatkan kehidupan kasultanan keturunan Mataram Islam dari masa kepemimpinan kasultanan pertama hingga pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuono ke-X sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini. Guide akan menjelaskan bahwa akhir dari proses terbentuknya kota Yogyakarta terletak pada pusat kota yang sampai saat ini menjadi kota Yogyakarta.















         Pusat Yogyakarta merupakan akhir dari perjalanan wisata heritage of Yogyakarta, tentu program ini akan terselenggara apabila kerjasama antar semua dinas dan instansi terkait terpelihara dengan baik, untuk mensosialisasikan program ini diperlukan Integrated Marketing Communications (IMC) secara berkesinambungan agar program ini pada nantinya juga dapat berjalan secara continue. Schultz dalam  Estaswara (2008: 54) mendefiniskan IMC merupakan pengelolaan semua sumber daya informasi mengenai produk yang di expose kepada pelanggan atau prospek di mana secara perilaku menggerakkan pelanggan untuk membeli dan menjaga loyalitas pelanggan. Sumber daya informasi yang perlu di-expose adalah informasi tentang keberadaan dari program yang akan dibuat baik secara jangka pendek maupun jangka panjang dengan tujuan menggerakkan wisawatan untuk menggunakan jasa dari paket wisata heritage of Yogyakarta ini.
        Pengelolaan Sumber Daya Informasi untuk publikasi (expose) program dapat melalui media (Media-Centered). Media–Centerde artinya melibatkan pendekatan yang terintegrasi atas perencanaan dan pengelolaan channel yang tepat dan bervariasi dari berbagai element komunikasi, seperti adverstising, public relations, direct marketing, sales promotions, internet dan sumber  informasi lain serta titik kontak merek, guna membangun hubungan secara harmonis dengan target audience (Estaswara, 2008:267).  Media publkasi yang akan dipakai dalam mempublikasikan progam ini adalah memakai  karena media cetak maupun non cetak, media adalah alat promosi yang sangat efektif dalan melakukan publikasi untuk iklan yang akan kita buat. Publikasi iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk menyetujui dan mengikuti (Pujiyanto, 2003: 97).
Strategi  melalui media akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu publikasi dalam jangka pendek  (publikasi awal) dan publikasi untuk jangka waktu yang panjang, berikut ini adalah dua tahap strategi dalam melakukan publikasi sebagai promosi dan sosialiasai dari program yang akan dilaksanakan;

1         Publikasi jangka waktu pendek (Publikasi awal)
          Publikasi jangka pendek dilakukan dengan tujuan memperkenalkan program yang akan dilakukan di-create sedemikian rupa karena murupakan grand louncing, hal sekecil apapun dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, agar program tepat sasaran dan berhasil guna, strategi publikasi awal adalah sebagai berikut;
a.  Pada saat grand louncing mengundang Gubernur Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengkubuono ke X untuk ikut berwisata berkeliling wisata heritage dengan target untuk mendapatkan expose dari media cetak. Kehadiran Sultan adalah sebagai endorsement dalam menarik media baik cetak maupun elektronik. Target adalah media cetak lokal dan elekrtonik pada televisi lokal, tidak menutup kemungkinan akan diliput oleh beberapa stasiun televisi Nasional. Target untuk menarik media nasional Pemda akan mengundang menteri pariwisata dan para perwakilan komunitas pencinta sejarah seluruh Indonesia.
b.  Dalam rangka promosi menarik  dan mengambil kognitif kesan pertama dari para wisatawan, Pemda dapat melakukan special event, seperti mengadakan tradisional live musik selama satu bulan penuh di area pemberangkatan dan pemberhentian Bus, untuk lebih member ciri budaya khas Yogyakarta, mereka membawakan lagu-lagu dan alat musik Jawa khas Yogyakarta. Sebagai trial pertama wisatawan akan mendapat free paket wisata selama dua minggu. Targentnya adalah informasi akan disebar melalui “mulut ke mulut” dari wisatawan yang sudah melakukan kunjungan, dengan kesan yang baik maka informasi yang akan disebar akan baik pula.

2        Publikasi jangka waktu panjang (Exixtensi)
Publikasi jangka panjang dilakukan dengan tujuan untuk exisistensi (keberlangsungan) sebuah program, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan sosialisasi dan publikasi melalui jejaring sosial dan situs web.  Cara ini sangat efektif, karena media online merupakan sarana yang digunakan oleh semua orang.  Media online yang digunakan adalah jejaring sosial  dan web dan dikelola resmi oleh admin dari Dinas pariwisata, sehingga informasi yang akan diberikan dan diperoleh user   akan akurat, user dalam hal ini wisatawan atau semua orang yang melihar informasi dari media online tersebut.
Tujuan dari publikasi secara online adalah membentuk kognitif user secara berulang-ulang agar  dari kognitif  diharapkan akan terbentuk sebuah pemahaman kemudian akan muncul behavior. Informasi dari media online tentang wisata heritage Yogyakarta secara terus-menerus yang diterima oleh user akan membentuk pemahaman, dari pemahaman akan timbul keiginan untuk berkunjung dan mencoba wisata tersebut (behavior). Publikasi secara online juga bertujuan untuk mendekatkan user (wisatawan dan calon wisatawan) dengan pengelola dan budaya ngelola dan budaya Yogyakarta, dalam IMC hal tersebut disebut inside-in yaitu aplikasi IMC yang didasarkan pada pelanggan (Estaswara, 2008: 266).
            Pemerintah Daerah juga dapat bekerjasama dengan pemerintah untuk membuat jargon resmi “Jogjakarta Never Ending Asia”  dengan meletakkan jargon tersebut pada web resmi dari Dinas Pariwisata DIY dan iklan Nasional yang resmi dikelola oleh Pemda dan pemerintah tentang budaya dan wisata yang ada di Yogyakarta, sebagai contoh“Malaysia Truly Asia.” Jargon tersbut menciptakan kognitif pada khalayak untuk mengunjungi Malaysia, sehingga dengan jargon yang dimiliki Yogyakarta maka diharapkan membentuk kognitif  khalayak untuk mengunjugi Yogyakata dengan berbagai peosna wisata yang tidak akan pernah ada habisnya “Never Ending.”

            Penulis berharap dengan strategi yang baru, unik dan mendidik akan lebih meningkatkan potensial wisata heritage di Yogyakarta. Penulis juga berharap agar ide ini segera dapat terealisasikan oleh pemerintah Daerah Yogyakarta. Penulis berasumsi bahwa dengan wisatawan mengetahui sejarah kota Yogyakarta maka mereka akan lebih mencintai budaya warisan asli Indonesia terutama Yogyakarta, seperti pada istilah “tak kenal maka tak sayang,” dengan kunjungan ini penulis berharap agar mereka mempunyai memory tersendiri dalam ingatannya bahwa Yogyakarta merupakan kota yang sangat ramah dan perduli serta menghargai peninggalan warisan budaya Indonesia, selain itu agar untuk meningkatkan obyek wisata Kotagede yang selama ini sepi oleh pengunjung, jauh apabila dibandingkan dengan obyek wisata lainnya di Yogyakarta. Salah satu kendala hal itu adalah kurangnya transportasi menunju wisata ini, dengan adanya paket ini penulis berharap wisata bersejarah tentang warisan budaya Yogyakarta akan diminati oleh seluruh wisatawan mancanegara dan nusantara, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan mencintai sejarahnya.


 







DAFTAR PUSTAKA
Ronald, A., 2005, Nilai-Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, Yogyakarta:
     Gajah Mada University Press.
Estaswara, B.H., Think IMC Efektifitas Komunikasi Untuk Meningkatkan Loyalitas
    Merek dan Laba Perusahaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Pujiyanto, 2003, “ Strategi Pemasaran Produk Melalui Medai Periklanan”, Nirmana,
    Vol. 5, No. 1, hal. 96-109.