Oleh:
RAGIL
TRI ATMI
Terdapat peribahasa “Tak kenal maka
tak sayang,” siapa tidak kenal Yogyakarta, kota kecil berpenduduk ramah, sopan,
unik dan bersahaja. Yogyakata mempunyai banyak keragaman budaya, seni, makanan
dan obyek pariwisata, bahkan kota ini dijuluki sebagai kota Istimewa, karena sistem
pemerintahannya dipimpin oleh seorang raja. Keistimewaan ini terbukti dengan disahkannya
Undang-Undang Keistimewaan Daerah Yogyakarta oleh Peresiden Bambang Yudhoyono pada
bulan Agustus tahun 2012, selain kota istimewa, Yogyakarta mempunyai banyak
julukan, seperti kota pelajar, kota gudeg, kota seni, kota budaya, kota buku, kota republik, kota perjuangan, kota
sejarah, dan kota pariwisata. Sebagai kota pariwisata, Yogyakarta menjadi salah
satu kota dengan destination wisatawan
terbanyak di Indonesia.
Berbicara
mengenai pariwisata Yogyakarta mungkin tidak akan pernah ada habisnya, Yogyakarta
mempunyai beragam obyek pariwisata, seperti
wisata alam, wisata seni, wisata kuliner, wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata
sejarah dll. Obyek wisata sejarah merupakan obyek wisata andalan di Yogyakarta,
karena Yogyakarta mempunyai banyak sekali peninggalan sejarah sebagai cagar
budaya yang dilindungi Negara. Terdapat banyak sisa peninggalan warisan sejarah
dari masa lampau, seperti sejarah kemerdekaan Republik Indonesia yang terlihat
pada bangunan Istana Kepresidenan atau yang dikenal dengan nama Gedung Agung,
Istana ini adalah bukti sejarah bahwa dahulu Yogyakarta pernah menjadi Ibu Kota
Republik Indonesia.
Peninggalan
salah satu sejarah lain dari kota Yogyakarta adalah peninggalan dari kerajaan Mataram
Islam yang dahulu berpusat di Kotagede Yogyakarta, terdapat sisa-sisa peninggalan
dari kerajaan tersebut yang masih terpelihara dengan baik di area Kotagede ini.
Jauh sebelum kerajaan Mataram Islam berdiri, dahulu pernah berdiri kerajaan
Mataram Kuno yang mempunyai aliran kepercayaan berbeda dengan kerajaan kerajaan
Mataram Islam yaitu Hindu dan Budha, terdapat tiga dinasti yang berkuasa yaitu,
Sanjaya, Syailendra, dan Isiana. Dinasti Sanjaya pada waktu itu meninggalkan
bukti sejarah yang sangat fenomenal yaitu candi Perambanan sedangkan pada masa
dinasti Syilendra meninggalkan bukti sejarah berupa candi Borobudur yang sangat
besar dan megah, bahkan candi Borobudur pernah menjadi salah satu keajaiban
dunia. Kedua candi tersebut merupakan heritage
asli dari bukti kejayaan kerajaan Mataram Kuno yang dimiliki Indonesia.
Mataram
Kuno adalah kerajaan yang dulu berpusat di Madang daerah Jawa Tengah,
sedangakan Mataram Islam dahulu berpusat di Kotagede Yogyakarta dan merupakan cikal
bakal dari kota Yogyakarta, sayangnya banyak dari wisatawan kurang begitu tahu
tentang sejarah ini, beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah
sebagai berikut;
1. Kurangnya sosialisasi pemerintah daerah
2. Kurangnya transportasi untuk menuju ke area
tersebut.
3. Kurangnya Pemerintah Daerah dalam pengembangan
strategi yang inovatif dalam rangka meningkatkan pariwisata sejarah kota
Yogyakarta.
Padahal
bukti sejarah berdirinya kota Yogyakarta
beserta kebudayaan asli peradaban kehidupan pada jaman dahulu hingga saat ini
masih terpelihara dengan baik seperti rumah-rumah Joglo khas Yogyakarta yang masih
dipertahankan dan terawat dengan baik oleh masyarakat setempat meskipun beberapa
sudah beralih fungsi tetapi masih dapat ditelusri makna dan filosofi
bangunannya. Seperti yang dikatakan Ronald bahwa kehidupan budaya suatu bangsa
merupakan sumber ilmu pengetahuan yang hidup, yang sewaktu-waktu dapat digali
kembali, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia di
kemudian hari. (Ronald, 2005:28). Seharusnya hal ini dapat dikelola dan
dimanfaatkan lebih baik lagi oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta agar
menjadi sumber informasi dan pengetahuan tentang heritage Yogyakarta selain itu hal ini juga sebagai aset Daerah
yang tidak ternilai harganya.
Menelisik beberapa faktor yang menjadikan obyek
wisata sejarah kurang terdengar dan kurang diminati oleh para wisatawan maka Pemerintah
Daerah perlu mengembangkan inovasi dan strategi khusus agar wisata sejarah ini
dapat diketahui oleh khalayak luas serta dapat menjadi primadona dalam peningkatkan
kunjungan wisatawan Mancanegara dan wisatawan Nusantara di Yogyakarta. Penulis
meyakini bahwa dengan ide yang
inovatif serta manajemen pengelolaan yang baik maka obyek wisata heritage Yogyakarta akan menjadi salah satu primadona dari obyek
wisata sejarah di Yogyakarta, agar ide ini terrealisasikan maka perlu adanya kerjasama Pemerintah Daerah dengan instansi-instansi
terkait, seperti Dinas Pariwisata Yogyakarta dan instansi pendidikan yang bergerak
dalam bidang pariwisata dan Ilmu Budaya.
Penulis
ingin memberikan ide kreatifnya agar Pemerintah Daerah dapat mengembangkan aset
berharga yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini adalah analisa SWOT tentang
potensial pariwisata heritage yang
dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta.
Strenghts (Kekuatan)
|
Opportunities (Kesempatan)
|
Nama Besar Yogyakarta yang sudah dikenal baik di dalam maupun
diluar Negeri, buktinya Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan destination terbanyak di Indonesia
|
Semua orang sudah mengenal Yogyakarta, sehingga sangat
mudah untuk menarik para wisatawan Mancanegara dan Nusantara
|
Mempunyai banyak sekali
peninggalan sejarah peradaban dimasa lampau yang tidak dimiliki oleh kota
lain
|
Menarik
perhatian wisatawan Nusantara dan Mancanegara untuk datang melihat secara
langsung bukti sejarah tersebut, dengan seringnya kunjungan wisatwan ke
Yogyakarta maka akan menambah pendapatan daerah dan devisa negara.
|
Mempunyai
penduduk yang ramah yang mudah diajak kerjasasama dalam mendukung
program-program dari Pemerintah Daerah.
|
1.
Mempermudah kerjasama dengan penduduk setempat dalam
merealisasikan program wisata heritage ini
2.
Mendatangkan pendapatan dari penduduk setempat.
|
Mempunyai
beberapa Universitas dan Lembaga liannya yang memiliki jurusan dalam bidang
pariwisata sejarah dan ilmu budaya, yang mendididk dan mengajarkan mereka
tentang bidang-bidang tersebut
|
1.
Pada nantinya akan menjadi aset penting pada Sumber Daya Manusia yang dimiliki
Yogyakarta, seperti guide (pemandu
wisata) yang handal dan professional dalam memandu wisata ini.
2.
Memperluas kesempatan pekerjaan bagi bidang mereka.
|
Pemerintah
sedang gencar-genjarnya mempromosikan DIY dalam rangka menjadikan ikon kota
ekonomi kreatif di Indonesia, terlihat pada banyaknya iklan di televisi yang
mempromosikan tempat-tempat di Yogyakarta, banyaknya acara-acara besar yang
diselenggarakan di Yogyakarta, serta expose lainnya seperti film dan beberapa
FTV, sehingga Yogyakarta akan sering terexpose di media-media cetak maupun
media elektonik
|
Mempermudah untuk melakukan
promosi program yang akan dikembangkan sehingga akan menghemat biaya
publikasi.
|
Strategi
|
|
Yogyakarta sudah mempunyai modal yang sangat kuat dalam merealisasikan
ide wisata heritage ini, Ide ini dinamakan paket wisata heritage
of Yogyakarta, yaitu berkeliling menyusuri
jejak atau bukti sejarah dari peradaban di masa lampau sampai berdirinya kota
Yogyakarta, tentu dengan biaya yang terjangkau oleh para wisatawan yaitu
sekitar Rp.35.000,0 per-orang untuk wisatawan lokal, Rp.50.000,- per orang untuk
wisatawan asing, tentu tidak termasuk biaya masuk pariwisata. Wisata heritage of Yogyakarta akan diawali
dengan mengunjungi peradaban Mataram Kuno yang sangat fenomenal yaitu candi
Borobudur, kemudian berlanjut ke candi Perambanan, meskipun kedua candi ini
tidak ada hubungan secara linier dengan Karajaan Mataram Islam, tetapi hal
ini dimaksudkan agar wisatawan dapat mengetahui perbedaan dan persamaan dari
kejayaan kerajaan Mataram Hindu-Budha dengan Kerajaan Mataram Islam yang
berpusat di Kotagede, kemudian perjalanan akan dilanjutkan ke Kotagede yang
dahulu merupakan pusat peradaban Mataram Islam yang sangat disegani, kemudian
perjalanan ini berakhir di pusat kota Yogyakarta yaitu Taman Sari dan Keraton
Yogyakarta sebagai bukti peradaban di masa sekarang setelah pecahnya
kekuasaan di kerajaan Mataram Islam hingga saat ini Yogyakarta sebagai kota
Istimewa.
Perjalanan wisata ini akan memakai jasa
transportasi armada bus yang nantinya akan disediakan oleh Dinas Pariwisata,
untuk lebih menarik perhatian dan memperlihatkan budaya asli dari kota
Yogyakarta maka bus akan dihias dengan tema heritage dan budaya-budaya asli dari Yogyakarta. Wisata ini juga
akan dipandu oleh guide atau
pemandu wisata yang professional dalam bidangnya, karena mereka lulusan atau
yang sedang menempuh pendidikan di jurusan pariwisata atau ilmu budaya. Tujuan
adanya guide adalah untuk memandu para
wisatawan agar lebih memperjelas dan memperdalam informasi dan pengetahuannya
tentang sejarah berdirinya kota Yogyakarta dan peradaban di masa lampau.
Sistem operasionalnya adalah wisatawan yang
ingin berwisata dalam paket ini dapat secara rombongan dengan batas orang
maximal sesuai dengan fasilitas kursi yang tersedia pada Bus tersebut, yang
kedua adalah secara perorangan, dimana mereka dapat ikut secara perorangan,
dengan syarat jadwal keberangkatan memenuhi kuota kursi yang disediakan.
Jadwal keberangkatan dilakukan satu kali dalam sehari dimulai dari pagi hari
dan berakhir pada sore hari, sedangkan pengaturan jadwal oprasi wisata ini
adalah tiga kali dalam satu minggu, yaitu pada hari biasa yaitu hari rabu dan
hari weekend sabtu dan minggu,
alasan oprasional pada hari biasa sebagai alternative bagi wisatawan yang
sedang berlibur pada hari normal, mungkin karena alasan keramaian dan lain
sebagainya, tentu alasan pemilihan weekend
karena pada hari itu Yogyakarta ramai dikunjungi para wisatawan.
|
Weaknesses (Kelemahan)
|
Threats (Ancaman)
|
Wisata heritage sudah
diterapkan oleh beberapa kota lain di Indonesia, seperti di Solo dan Surabaya.
|
Wisatawan akan
memperbandingan hal sekecil apapun dengan kota-kota sebelumnya yang
menerapkan tema yang sama.
|
Beberapa travel dan Hotel di Yogyakarta
juga menyediakan paket tur keliling
Yogyakarta
|
Akan menjadi
saingan dari program yang akan dilaksanakan.
|
Strategi
|
|
Pada dasarnya program seperti ini sudah pernah ada dan sudah
diterapkan di beberapa kota di Indonesia, seperti di Solo dan Surabaya,
tetapi perbedaannya terletak pada spesialisasi cerita sejarah yang akan
ditelusuri, apabila di Solo wisatawan hanya berkeliling menyusuri sudut kota
Solo tidak ada unsure heritgae,
sedangkan di Surabaya menerapkan kunjungan wisata dengan berkeliling ke
tenpat-tempat yang mengandung nilai budaya setempat tetapi tidak ada tema
khusus, sedangkan strategi yang akan diterapkan oleh wisata heritage of Yogyakarta akan mengkhususkan pada sejarah berdirinya kota
Yogyakarta dan peradaban sebalumnya, mereka akan dibawa mengunjugi ke tempat-tempat
yang linier berhubungan dengan sejarah berdirinya kota Yogyakarta serta
peradaban sebelumnya seperti mengunjungi candi Perambanan dan candi Borobudur
sebagai bukti peradaban si masa lampau lengkap dengan guide yang profesional.
Sebagai kota pariwisata, tentu banyak travel dan hotel yang
menyediakan paket wisata seperti ini, akan tetapi kelemahannya tidak semua
orang dapat menikmati hal tersebut, salah satunya adalah kendala biaya yang
cukup tinggi, maka strategi yang diterapkan pada paket ini adalah biaya yang
relative murah sebanding dengan paket yang ditawarkan, sehingga terjangkau
oleh semua kalangan, baik kalangan atas dan kalangan bawah. Strategi lain
yang dapat diterapkan adalah pemisahan paket antara wisatawan mancanegara dan
nusantara, yaitu dengan menyediakan dua armada Bus, yaitu satu untuk wisatawan
asing dan satu untuk wisatawan lokal, pemisahan ini tidak berkaitan dengan
diskriminasi tetapi hal ini dimaksudkan agar terjadi kenyamanan antara sesama
wisatawan, sebab tidak semua wisatawan
nusantara dapat mengerti bahasa Inggris, sedangkan wisatawan asing memerlukan penjelasan dari guide dengan memakai bahasa Inggris,
dan solusinya adalah pemisahan
tersebut.
Tema, Kenyamanan dan keramahan serta keunikan merupakan salah
satu strategi pembeda dari paket wisata lain, guide dan kru dari wisata ini akan memakai baju khas Jogja seperti
kebaya bagi wanita dan sorjan bagi laki-lakinya. Hal akan lebih mempertegas
ciri khas Yogyakarta dan memperlihatkan bahwa Yogyakarta sangat perduli dan
mencintai kebudayaan asli peninggalan leluhurnya. Selain itu keramahan juga
akan diusung dalam program ini, seperti guide
diwajibkan menyapa wisatawan sebelum mereka memasuki Bus, sapaan ini juga
menggunakan bahasa jawa khas Yogyakarta, seperti “sugeng tindak, mugi-mugi
tansah pinaringan karemena.” Wisatawan juga akan disuguhi makanan khas Yogyakarta
selama perjalanan berlangsung, sehingga menambah pengetahuan dan kecintaan
akan budaya Yoyakarta.
|
Paket
wisata ini khusus menyediakan wisata sejarah tentang pengetahuan berdirinya kota Yogyakarta serta pengetahuan
tentang peradaban dimasa lalu jauh sebelum berdirinya kota Yogyakarta, wisatawan
akan dibawa menelusuri jejak sejarah dengan berkunjung ke tempat-tempat yang
mengandung nilai historical dari
proses terbentunkya kota Yogyakarta. Ide ini akan ditanganai oleh Pemerintah Daerah
(Pemda) dengan bekerjasama pemerintah dan
Dinas Pariwisata serta instansi Pendidikan yang bergerak pada bidang pariwisata
dan Ilmu Budaya di Yogyakarta, yaitu Dinas Pariwisata sebagai operasionalinya
dan instansi pendidikan sebagai Sumber Daya Manusianya. Armada Bus juga dilengkapi
dengan televisi yang fungsinya untuk menayangkan gambar-gambar secara visual tentang
perjalanan tersebut lengkap dengan foto-foto dokumentasi peninggalan sejarahnya,
sehingga sebalum mereka tiba di tempat tujuan, mereka sudah mengetahui dan
memahami informasi tentang peradaban
kuno sebelum berdirinya kota Yogyakarta, tentu guide disini sangat berperan penting, karena bertugas menjelaskan
isi dari informasi tersebut. Kelebihan lainnya yang dapat ditawarkan oleh paket
wisata heritage Yogyakarta adalah penjemputan
rombongan dari bandara atau stasiun, dengan syarat sebelumnya rombongan telah
melakukan reservasi terlebih dahulu pada pengelola.
Wisata
ini diawali dengan menuju candi Borobudur, Candi Borobudur merupakan bukti
peninggalan sejarah pada masa dinasti Syailendra pada Abad ke-8, pada masa ini
dikisahkan bahwa penduduk sudah sangat pintar terbukti dengan keberadaan candi
yang sangat cantik dan megah, lengkap dengan ornament-ornamen reliefnya, bahkan
UNESCO mengakui bahwa candi ini merupakan salah satu dari keajaiban dunia.
Kemudian perjalanan akan dilanjutkan ke candi Perambanan, candi Perambanan merupakan
bukti peninggalan sejarah pada masa dinasti Sanjaya, yang mempunyai latar
belakang sejarah yang sangat fenomenal yaitu kisah Rorojograng dan Ken Arok, dinasti
Sanjaya dan dinasti Syailendra merupakan dua dinasti yang mempunyai aliran
berbeda, Sanjaya adalah Budha dan Syailendra adalah Hindu. Seperti pada candi
Borobudur, candi Perambanan juga sangat istimewa karena terdapat patung dari Rorojograng,
patung tersebut pernah menjadi rebutan dan incaran para kolektor-kolektor benda antic di
seluruh penjuru dunia.
Kedua
candi ini merupakan bukti kejayaan pada masa Kerajaan Mataram Kuno, tujuan
wisatawan diajak melihat kedua candi ini adalah agar mereka mengetahui dan
mengerti peradaban kehidupan pada masa lampau jauh sebelum kerajaan Mataram
Islam berdiri, dimasa itu manusia diyakini sudah sangat maju dalam hal karya
seni, terlihat pada peninggalan artefak pada candi Perambanan dan Borobudur. Artefak
sebagai sebuah benda mati, keberadaannya dinilai oleh pihak lain tentunya
dengan menggunakan kaidah-kaidah kebendaan, yaitu bentuk, nilai visual,
sidat-sifat fisik dan peran bentuk kebendaan ini di dalam ruang di
sekelilingnya yang kemudian disebut dengan sifat-sifat keruangannya (Ronald,
2005:32). Setelah mengunjungi candi
Perambanan, perjalanan kemudian akan dilanjutkan menuju Kotagede Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Kotagede
mempunyai banyak artefak yang masih terpelihara sampai sekarang. Aretefak ini
merupakan peninggalan kejayaan Kerajaan Mataram Islam, Kotagede adalah sebagai
cikal bakal kota Yogyakarta, yang dahulu berpusat atau beribu kota di Kotagede. Kotagede mempunyai penduduk yang sangat ramah dan welcome pada setiap pengunjung yang
datang. Berbeda dengan peradapan pada masa sebelumnya, kerajaan Mataram Kuno
mempunyai peradaban yang lebih sederhana dibandingkan dengan paradaban di masa
di masa kerajaan Mataram Kuno Hindu-Budha, terlihat dari artefak-artefak
yang dibangun, seperti yang dikatakan
Gibson dalam Ronald (2005:20) mengatakan bahwa “The history of peoples can be traced through the artifacts they have
created.” Sebuah anggapan bahwa sejarah manusia dapat dianut melalui
artefak yang ditinggalkannya atau dapat dibalik, bahwa sejarah manusia akan
menunjukakan artefaknya.
Bukti beberapa
artefak dari peradaban Kerajaan Mataram Islam terlihat dari bentuk arsitektur yang
sedikit lebih sederhana daripada peradaban sebelumnya, perbedaan yang sangat
kental terletak pada bengunan masjid pada area sentral Istana KerajaanMataram Islam.
Banguanan masjid ini yang sampai sekarang masih terpelihara dengan sangat baik,
bahkan masih digunakan untuk beribadah bagi penduduk setempat, uniknya terdapat
sentuhan-sentuhan khas hindu yang terlihat pada gapura-gapura pintu masuk menuju
masjid, dan pintu-pintu lainnya. Wisatawan dapat berziarah ke makam penguasa
kerajaan Mataram Islam pada waktu itu seperti Senapati Ingalaga, Ki Gede,
sampai Sri Sultan Hamengkubuono 1. Uniknya pada saat memasuki wilayah makam setiap
pengunjung harus mengenakan pakaian abdi dalem khas pakaian Yogyakarta, tentu
hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi wisatawan terutama wisatawan
Mancanegara.
Peninggalan
lain adalah rerutuhan benteng yang terletak pada sekitaran area Kotagede
lengkap dengan pertahanan parit di sekelilingnya.Wisatawan dapat melihat
bukti kejayanya kerajaan Mataram Kuno
pada waktu itu dengan melihat nyata pada bangunan benteng tersebut yang
sebagian masih asli. Pada area depan Istana juga
terdapat pohon beringin yang sudah berumur ratusan tahun lamanya, dan uniknya
sampai sekarang masih berdiri kokoh menaungi kompleks kerajaan. Wisatawan juga dapat menikmati keunikan
warisan budaya peninggalan Mataram Islam seperti rumah asli tradisional Jawa yang sudah sangat langka keberadaannya,
rumah-rumah ini tebagi atas kompleks-komples rumah dengan filosofi-filosofi
Jawa yang masih sangat kental, rumah-rumah ini sampai saat ini masih sangat
terpelihara dengan baik bahkan menjadi tempat tinggal penduduk sehari-harinya. Bentuk aristektur dari rumah-rumah tradisional
merupakan penggambaran bentuk kebudayaan dan perilaku penduduk pada masa
kerajaan Mataram Islam, setiap bentuk bangunan mempunyai filosofi tersendiri. Arsitek
adalah ekspresi tiga dimensional dari perilaku manusia (Ronald, 2005: 46).
Dapat
dikatakan bahwa hal utama dan filsafat hidup manusia akan dipantulkan sebagai
bayangan cermin pada kreasi budayanya yang antara lain diujudkan dalam bentuk
rumah tinggal (Ronald, 2005: 46). Tempat tinggak menurut telaah Jawa adalah
“Panggonan” atau “Panggenan” (Ronald, 2005: 46). Diperlukan Peran guide dalam menjelaskan tentang semua sejarah dari rentetan sejarah
yang masih berhubungan dengan berdirinya kota Yogyakarta. Untuk mengakhiri
perjalalan di Kotagede guide dapat
mengatar wisatawan untuk melihat hasil kerajinan perak khas Kotagede.
Wisatawan
dapat membeli oleh-oleh khas kerajinan Kotagede yaitu beraneka ragam bentuk
perak yang sudah dibentuk sedemikian rupa, kerajinan perak ini juga konon merupakan
peninggalan budaya asli pada masa kejayaan Mataram Islam, hingga pada tahun 1980-1990
para pengrajin emas gulung tikar, dan hanya para pengrajin perak yang dapat bertahan hingga sampai saat
ini. Tidak jauh dari makam terdapat pasar Kotagede yang menyediakan beraneka
ragam jajanan khas Yogyakarta, yang mungkin tidak ditemukan di daerah-daerah
lain, seperti kipo, kembang waru, lego mero, yanko, banjar dan sawak ukel.
Tentu guide akan menjelaskan setiap
nama dari jajanan tersebut, disinilah akhir dari perjalanan menyusuri Kotagede.
Perjalanan heritage Yogyakarta dapat diakhiri
dengan melanjutkan perjalanan ke pusat kota Yogyakarta, yaitu mengunjungi
keraton Yogyakarta dan Taman Sari, Taman Sari merupakan sisa peninggalan
peradaban baru pada masa awal pemerintahan kasultanan Ngayogyokarto, terdapat
beberapa peninggalan sejarah berupa benteng, dan bangunan cagar budaya seperti
pemandian putri dan selir raja pada waktu itu, terdapat pula masjid dibawah
tanah yang penuh dengan filosofi kehidupan. Rangkaian terakhir, wisatawan
dibawa menuju keraton untuk memperlihatkan kehidupan kasultanan keturunan
Mataram Islam dari masa kepemimpinan kasultanan pertama hingga pemerintahan Sri
Sultan Hamengkubuono ke-X sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini.
Guide akan menjelaskan bahwa akhir
dari proses terbentuknya kota Yogyakarta terletak pada pusat kota yang sampai
saat ini menjadi kota Yogyakarta.
Pusat
Yogyakarta merupakan akhir dari perjalanan wisata heritage of Yogyakarta, tentu program ini akan terselenggara apabila
kerjasama antar semua dinas dan instansi terkait terpelihara dengan baik, untuk
mensosialisasikan program ini diperlukan Integrated
Marketing Communications (IMC) secara berkesinambungan agar program ini
pada nantinya juga dapat berjalan secara continue.
Schultz dalam Estaswara (2008: 54)
mendefiniskan IMC merupakan pengelolaan semua sumber daya informasi mengenai
produk yang di expose kepada
pelanggan atau prospek di mana secara perilaku menggerakkan pelanggan untuk
membeli dan menjaga loyalitas pelanggan. Sumber daya informasi yang perlu di-expose adalah informasi tentang
keberadaan dari program yang akan dibuat baik secara jangka pendek maupun
jangka panjang dengan tujuan menggerakkan wisawatan untuk menggunakan jasa dari
paket wisata heritage of Yogyakarta ini.
Strategi melalui
media akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu publikasi dalam jangka pendek (publikasi awal) dan publikasi untuk jangka
waktu yang panjang, berikut ini adalah dua tahap strategi dalam melakukan
publikasi sebagai promosi dan sosialiasai dari program yang akan dilaksanakan;
1 Publikasi jangka waktu pendek (Publikasi awal)
Publikasi
jangka pendek dilakukan dengan tujuan memperkenalkan program yang akan dilakukan
di-create sedemikian rupa karena
murupakan grand louncing, hal sekecil
apapun dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, agar program tepat sasaran dan
berhasil guna, strategi publikasi awal adalah sebagai berikut;
a. Pada saat grand louncing mengundang Gubernur
Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengkubuono ke X untuk ikut berwisata berkeliling
wisata heritage dengan target untuk
mendapatkan expose dari media cetak.
Kehadiran Sultan adalah sebagai endorsement
dalam menarik media baik cetak maupun elektronik. Target adalah media cetak
lokal dan elekrtonik pada televisi lokal, tidak menutup kemungkinan akan
diliput oleh beberapa stasiun televisi Nasional. Target untuk menarik media
nasional Pemda akan mengundang menteri pariwisata dan para perwakilan komunitas
pencinta sejarah seluruh Indonesia.
b. Dalam rangka promosi menarik dan mengambil kognitif kesan pertama dari para
wisatawan, Pemda dapat melakukan special event, seperti mengadakan tradisional
live musik selama satu bulan penuh di area pemberangkatan dan pemberhentian Bus,
untuk lebih member ciri budaya khas Yogyakarta, mereka membawakan lagu-lagu dan
alat musik Jawa khas Yogyakarta. Sebagai trial
pertama wisatawan akan mendapat free paket
wisata selama dua minggu. Targentnya adalah informasi akan disebar melalui
“mulut ke mulut” dari wisatawan yang sudah melakukan kunjungan, dengan kesan
yang baik maka informasi yang akan disebar akan baik pula.
2
Publikasi jangka waktu panjang (Exixtensi)
Publikasi jangka panjang dilakukan dengan tujuan untuk
exisistensi (keberlangsungan) sebuah program, strategi yang dapat dilakukan
adalah dengan sosialisasi dan publikasi melalui jejaring sosial dan situs web. Cara ini sangat efektif, karena media online merupakan sarana yang digunakan
oleh semua orang. Media online yang digunakan adalah jejaring
sosial dan web dan dikelola resmi oleh admin dari Dinas pariwisata, sehingga
informasi yang akan diberikan dan diperoleh user
akan akurat, user dalam hal ini wisatawan atau semua orang yang melihar
informasi dari media online tersebut.
Tujuan
dari publikasi secara online adalah
membentuk kognitif user secara
berulang-ulang agar dari kognitif diharapkan akan terbentuk sebuah pemahaman
kemudian akan muncul behavior.
Informasi dari media online tentang
wisata heritage Yogyakarta secara terus-menerus yang diterima oleh user akan
membentuk pemahaman, dari pemahaman akan timbul keiginan untuk berkunjung dan
mencoba wisata tersebut (behavior). Publikasi
secara online juga bertujuan untuk
mendekatkan user (wisatawan dan calon
wisatawan) dengan pengelola dan budaya ngelola dan budaya Yogyakarta, dalam IMC
hal tersebut disebut inside-in yaitu aplikasi IMC yang didasarkan pada
pelanggan (Estaswara, 2008: 266).
Pemerintah
Daerah juga dapat bekerjasama dengan pemerintah untuk membuat jargon resmi “Jogjakarta Never Ending Asia” dengan meletakkan jargon tersebut pada web resmi dari Dinas Pariwisata DIY dan
iklan Nasional yang resmi dikelola oleh Pemda dan pemerintah tentang budaya dan
wisata yang ada di Yogyakarta, sebagai contoh“Malaysia Truly Asia.” Jargon tersbut menciptakan kognitif pada khalayak
untuk mengunjungi Malaysia, sehingga dengan jargon yang dimiliki Yogyakarta maka
diharapkan membentuk kognitif khalayak untuk mengunjugi Yogyakata dengan berbagai
peosna wisata yang tidak akan pernah ada habisnya “Never Ending.”
Penulis
berharap dengan strategi yang baru, unik dan mendidik akan lebih meningkatkan
potensial wisata heritage di
Yogyakarta. Penulis juga berharap agar ide ini segera dapat terealisasikan oleh
pemerintah Daerah Yogyakarta. Penulis berasumsi bahwa
dengan wisatawan mengetahui sejarah kota Yogyakarta maka mereka akan lebih
mencintai budaya warisan asli Indonesia terutama Yogyakarta, seperti pada
istilah “tak kenal maka tak sayang,” dengan kunjungan ini penulis berharap agar
mereka mempunyai memory tersendiri
dalam ingatannya bahwa Yogyakarta merupakan kota yang sangat ramah dan perduli
serta menghargai peninggalan warisan budaya Indonesia, selain itu agar untuk meningkatkan
obyek wisata Kotagede yang selama ini sepi oleh pengunjung, jauh apabila
dibandingkan dengan obyek wisata lainnya di Yogyakarta. Salah satu kendala hal
itu adalah kurangnya transportasi menunju wisata ini, dengan adanya paket ini
penulis berharap wisata bersejarah tentang warisan budaya Yogyakarta akan diminati
oleh seluruh wisatawan mancanegara dan nusantara, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan mencintai sejarahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ronald,
A., 2005, Nilai-Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Estaswara,
B.H., Think IMC Efektifitas Komunikasi Untuk Meningkatkan Loyalitas
Merek dan Laba Perusahaan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Pujiyanto,
2003, “ Strategi Pemasaran Produk Melalui Medai Periklanan”, Nirmana,
Vol. 5, No. 1, hal. 96-109.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar